TAUSHIYYAH (NASEHAT)

NASEHAT DI AKHIR ROMADHON


Image result for membaca alquran di bulan ramadhan

Saudaraku kaum muslimin rohimakumulloh,

Saat ini kita sudah berada di penghujung bulan suci Romadhon. Ada beberapa nasehat penting yang ingin kami sampaikan sebagai suatu nasehat untuk kami pribadi khususnya, dan untuk kaum muslimin semuanya pada umumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :

PERTAMA : Bila kita berada di penghujung Romadhon seperti ini, banyaklah berharap kepada Alloh agar amalan kita selama Romadhon tahun ini benar-benar diterima oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan berharaplah agar kita termasuk hamba-Nya yang meraih predikat sebagai “insan yang bertakwa.”

Alloh Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧)

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban/amalan) dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al-Maidah : 27)

Pernah pada suatu Hari Raya Idhul Fithri, Umar bin Abdul Aziz rohimahulloh berkhutbah, diantaranya beliau berkata : “Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Alloh selama tiga puluh hari, kalian telah sholat malam tiga puluh hari, dan pada pagi hari ini kalian semua keluar untuk meminta kepada Alloh agar diterima amal-amal kalian. Ketahuilah, sebagian para salaf dahulu mereka menampakkan kesedihan pada hari raya ‘Idhul Fithri, lalu ditanyakan kepadanya : “Bukankah hari ini adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan/kesenangan ?” Dia menjawab : “Benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang Alloh memerintahkan aku untuk beramal, akan tetapi aku tidak mengetahui, apakah Alloh menerima amalanku ataukah tidak….”. (Lathoiful Ma’arif, hal. 376)

KEDUA : Satu bulan penuh selama Romadhon, kita mendapatkan “tarbiyyah” (pendidikan/pembinaan) secara terus menerus oleh Alloh Ta’ala dengan berbagai amal-amal ketaatan. Kita ditarbiyyah untuk mengendalikan nafsu, melatih kesabaran, senang beribadah dan beramal sholih dan menjauhi dosa serta maksiat.

Maka dengan berakhirnya Romadhon dan tibalah bulan-bulan yang lainnya, sudah sepantasnya kita mempertahankan prestasi yang biasa kita lakukan selama Romadhon tersebut, dan tidak sepantasnya bila kita meninggalkan kebiasaan baik tersebut karena kita kembali mengikuti hafa nafsu kita. 

Ingatlah, Alloh berfirman :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (٥٣)

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(QS Yusuf : 53)

Ketahuilah, selesainya bulan suci Romadhon, bukan berarti selesainya melakukan ibadah dan ketaatan kepada Alloh. Karena, yang namanya ibadah itu adalah harus Istimror (berlangsung secara terus menerus). Sampai kapan ? Ya ..... sampai kematian menjemput kita !

Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman :

وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ ٩٩

“Dan sembahlah Robb-mu sampai datang kepadamu (perkara) yang diyakini (yaitu ajal/kematian).” (QS Al-Hijr : 99)

Alloh Ta’ala juga berfirman :

رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَٱعۡبُدۡهُ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَٰدَتِهِۦۚ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُۥ سَمِيّٗا ٦٥

“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah).” (QS Maryam : 65)

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

وكان أحب الدين إليه ما داوم صاحبه إايه

“Sesungguhnya pengamalan agama yang paling disukai oleh-Nya adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR Al-Bukhori no. 43 dan Muslim no. 785, dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha)

Dalam lafadz lainnya :

أحب الأعمال إلى الله أدومه و إن قل 

“Amal-amal yang paling dicintai oleh Alloh adalah yang terus menerus (rutin/kontinyu) meskipun sedikit/kecil.” (HR Muslim no. 2818, juga dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha)

Ya, amalan yang paling disukai oleh Alloh Ta’ala dan paling banyak pahalanya adalah amalan yang dikerjakan secara terus menerus/rutin, meskipun dalam jumlah yang sedikit (tidak banyak). (lihat : Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadhis Sholihin (1/217) oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly hafidzhohulloh ta’ala, lihat pula Syarh Riyadhis Sholihin (1/481) karya Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh)


Dalam hadits Abdulloh bin ‘Amr bin Al-Ash rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يا عبدالله لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل فترك قيام الليل

“Wahai Abdulloh, janganlah kamu seperti si fulan. Dahulu dia biasa mengerjakan sholat lail (malam), tetapi kemudian dia meninggalkan sholat lail tersebut.” (HR Al-Bukhori no. 1152 dan Muslim no. 1159)

Hadits tersebut menunjukkan disunnahkannya bagi seseorang untuk melanggengkan (merutinkan/membiasakan secara terus menerus) perbuatan baik yang sudah menjadi kebiasaannya. Juga menunjukkan dimakruhkannya (dibencinya) memutuskan/meninggalkan suatu ibadah, meskipun ibadah itu tidak wajib, wallohu a’lam bis showab (lihat Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadhis Sholihin (1/232) oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly hafidzhohulloh ta’ala)

Karena itulah, mari kita tetap semangat beribadah sebagaimana ibadah-ibadah yang kita lakukan sepanjang Romadhon yang lalu, seperti : menghidupkan puasa (yakni puasa-puasa sunnah), sholat lail dan witir, sholat berjama’ah di masjid, senang menghadiri majelis-mejelis ta’lim, senang bershodaqoh, sambil tetap terus memohon pertolongan kepada Alloh agar kita dimudahkan melaksanakannya.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam :

احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز

“Bersemangatlah (bersungguh-sungguhlah) untuk mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Alloh , dan janganlah kamu lemah….” (HR Imam Muslim no. 2664)

KETIGA : Diantara buah dari tarbiyyah selama Romadhon adalah hendaknya kita bersabar menjauhi dosa-dosa dan semua hal yang dilarang oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini termasuk perangainya/akhlaknya orang yang bertakwa.

Ya, karena bagi seorang mukmin yang bertakwa kepada Robbnya, dia memandang dosa-dosa atau kemaksiatan itu adalah sesuatu yang sangat besar yang akan bisa membinasakan dirinya. Karena itu dia berusaha untuk selalu menjauhinya dan tidak terjerumus di dalamnya.

Sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang mulia, yakni Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu pernah berkata :

“Sesungguhnya seorang mukmin itu memandang dosa-dosanya seperti seseorang yang sedang duduk di bawah sebuah gunung, ia takut/kuatir kalau-kalau gunung itu menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (banyak melakukan kemaksiatan dan dosa) itu memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang terbang di depan hidungnya (lalu nempel di hidungnya tersebut), (lalu perowi hadits ini, yakni Ibnu Syihab Az-Zuhri rohimahulloh berkata) : “Cukup seperti ini !” (yakni dia menggerakkan dengan tangannya untuk menepis lalat yang terbang/nempel di hidungnya tersebut, edt.). (HR Imam Al-Bukhori no. 6308)

Al-Hafidz Ibnu Hajarrohimahulloh dalam kitab Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori (11/105) menukil perkataan Al-Imam Ibnu Abi Jamroh rohimahulloh yang berkata : “Hikmah dari perumpamaan dosa yang digambarkan dengan sebuah gunung adalah karena seseorang itu terkadang masih bisa menyelamatkan diri dari reruntuhan benda-benda lain yang mencelakakan (selain gunung). Tetapi jika sebuah gunung sudah jatuh (longsor) menimpa seseorang, biasanya dia tidak akan bisa selamat darinya.”

Al-Imam Ath-Thobari rohimahulloh juga berkata : “Itulah sifat seorang mukmin yang sangat kuat ketakutannya kepada Alloh dan siksaan-Nya. Dia merasa yakin akan dosa-dosanya (yang akan membinasakan dirinya), dan bukannya yakin akan kepastian bahwa dia akan mendapatkan ampunan-Nya. Sedangkan orang yang fajir (durhaka) itu minim sekali pengetahuannya terhadap Alloh, oleh karena itu ketakutannya kepada Alloh sangat rendah dan menganggap remeh semua perbuatan maksiatnya.” (Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori, 11/105)

Saudaraku kaum muslimin, bila kita letakkan diri kita pada “neraca timbangan” yang disampaikan oleh sahabat Rosululloh yang mulia, yakni Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu tadi, kita ini termasuk golongan yang mana ? Kita termasuk orang-orang yang memandang dosa-dosa itu bagaikan sebuah gunung yang besar tinggi menjulang di atas kita, ataukah termasuk golongan orang-orang yang memandang dosa itu hanya seperti seekor lalat ?

Semoga Alloh selalu melimpahkan taufiq-Nya kepada kita, sehingga kita diberi kemudahan untuk beramal sholih, dan dijauhkan dari hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan dosa dan maksiat.Kalau toh kita tetap terjatuh pada sebagian dosa-dosa dan maksiat, semoga Alloh Ta’ala senantiasa juga melimpahkan taufiq-Nya pada kita agar kita bersegera bertobat dan beristighfar kepada-Nya.

Al-Imam Sufyan bin Uyainah rohimahulloh berkata : “Barangsiapa yang bermaksiat (berbuat dosa) karena memenuhi hawa nafsunya, maka suruhlah dia untuk bertobat. Sesungguhnya Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat dikarenakan mengikuti hawa nafsunya (lalu beliau bertobat), maka diampuni dosanya oleh Alloh. Tetapi barangsiapa yang bermaksiat karena kesombongannya, maka ancamlah pelakunya itu dengan laknat Alloh (yang akan ditimpakan kepadanya). Karena sesungguhnya iblis bermaksiat kepada Alloh karena kesombongannya, maka dia pun dilaknat oleh Alloh.”( Shifatus Shofwah, 2/232)

Ini saja nasehat yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin sekalian.Semoga ibadah puasa kita dan amalan sholih lainnya sepanjang bulan Romadhon yang lalu diterima Alloh dan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita di akhirat nanti.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧)

"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqoroh : 127)

رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٢٣

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’rof : 23)

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (٢٠١)

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS Al-Baqoroh : 201)

Tak lupa kami juga sampaikan :

تقبل الله منا ومنكم

“Semoga Alloh menerima dari kami (amal-amal kami) dan dari anda sekalian (amal-amal kalian)”

Kalau mungkin dalam tulisan-tulisan yang kami kirimkan selama ini kepada Antum semuanya, ada yang kurang berkenan, mohon maafkanlah kesalahan dan kelancangan kami. Kami tidak menginginkan apapun dari antum, kecuali kebaikan. Dan kami berharap, Antum semua bisa mendoakan kebaikan untuk kami, insya Alloh kami pun akan selalu mendoakan kebaikan buat saudara kami semuanya. Barokallohu fiikum.

Walhamdulilah robbil ‘alamin.


Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby